Mendirikan usaha di desa masih dipandang sebelah mata. Selain kendala produksi, sektor pemasaran juga masih dianggap menjadi persoalan pelik. Sehingga, masih banyak orang yang berfikir dua kali untuk mendirikan usaha di desa.
Tapi tidak bagi Niat Wiadi Wardi.
Pria berusia 51 tahun tersebut malah berfikir sebaliknya. Baginya, mendirikan usaha di desa sama sekali bukan menjadi kendala.
Terbukti, setelah mendirikan usaha produksi mebeler di desa Dagan, kecamatan Bobotsari, kabupaten Purbalingga, kini usahanya semakin berkembang pesat.
Ditemui di kediamannya, Wardi, demikian pria ini akrab disapa, menuturkan perjalanan usaha mebeler yang ia geluti kepada tim pengelola website desa Dagan.
Bemula Dari Hobi
Wardi menuturkan, menggeluti usaha mebeler berawal dari hobinya atas produk-produk mebeler. Hobi tersebut kemudian diseriusi dengan mendirikan usaha meleber sejak tahun 1999 silam. Dengan modal Rp. 1,5 juta, ia memulai usaha mebeler.
“Karena saya suka dengan mebeler, dan sebelumnya juga pernah menjadi tukang kayu, akhirnya saya mewujudkan apa yang menjadi hobi saya,†kata Wardi, ramah.
Lebih jauh Wardi menuturkan, selain modal yang tidak seberapa, ia hanya juga berbekal pengalaman yang telah ia dapat.
“Pengalaman tersebutlah yang membuat saya terus berikhtiar untuk menjalankan usaha mebeler,†katanya.
Kembang-Kempis
Jalan usaha yang ia rintis tidak semudah yang ia bayangkan. Hal ini memang sudah ia sadari sejak awal.
“Bahwa yang namanya usaha tidak semudah membalikkan telapak tangan,†paparnya. Pada tahun 2008, ia sempat mengalami kerugian sekitar Rp. 600 juta.
Sejak itulah, ia mulai bekerja menjadi tim pembangunan gardu induk PLN di cilacap, dan bekerja pada sektor-sektor lain.
“Semuanya saya kerjakan agar saya punya modal agar usaha mebeler saya tetap bertahan,†kisahnya.
Omset Puluhan Juta per Bulan
Karena konsisten dalam bidang usahanya tersebut, kini ia tengah merasakan buah manisnya. Kisaran tahun 2014 hingga 2016 ini, omset usahanya telah mencapai puluhan juta rupiah per bulan.
“Meski demikian, omset yang ia dapatkan tidak ajeg. Namun, minimal ia mampu mendapatkan omset Rp. 10 juta per bulan,†ceritanya.
Produk Mebelernya Pernah Dibeli Pelawak Tarsan
Ia tidak pernah menyangka. Beberapa produk mebelernya pernah dibeli pelawak legendaris Sri Mulat, Tarsan.
Ceritanya, lanjut Wardi, pada saat bekerja dengan PLN, ia sempat akrab dengan salah satu anak kandung Tarsan, yang juga bekerja di PLN.
Dari kedekatan tersebutlah, ia mampu menawarkan produk mebelernya kepada Tarsan.
Sejak itu, ia semakin yakin bahwa usahanya akan tetap hidup. Berbekal pengalaman tersebut, ia melakukan pemasaran produknya dari mulut ke mulut.
“Apalagi, pelawak Tarsan pernah membeli produknya,†kata Wardi, bangga.
Menjadi Wakil Kabupaten Purbalingga Dalam Pameran Produk Mebeler di Semarang
Pengalaman lain yang membuat ia semakin percaya diri, adalah ketika dirinya ditunjuk oleh Dinas Perindustrian kabupaten Purbalingga untuk mewakili kabupaten Purbalingga mengikuti pameran produk mebeler di semarang pada tahun 2000.
“Hal itu menjadi kebanggan tersendiri untuk saya,†katanya.
Selain menjadi wakil kabupaten Purbalingga dalam pameran produk mebeler, ia juga menyilahkan orang-orang di desa Dagan, untuk mengasah ketrampilan membuat produk mebeler di bengkel kerjanya.
Sudah puluhan orang yang bekerja sambil belajar dibengkel kerjanya. Dari puluhan orang tersebut, setidaknya ada 12 orang yang kini sudah sukses mendirikan usaha mebeler sendiri.
“Saya bangga, karena saya dapat menularkan ilmu yang berguna kepada orang lain,†terangnya.
Usaha di Desa Tidak Perlu Minder
Sebelum mengakhiri wawancara, Wardi sempat berpesan kepada seluruh warga desa Dagan, agar tidak minder untuk berusaha di desanya.
Dimanapun usahanya, lanjut Wardi, jika punya kemauan kuat dan tidak mudah menyerah, pasti akan mendapatkan hasil.
“Saya sudah pernah mempunyai 4 mobil. Namun, semuanya hilang untuk menutupi modal saya. Namun, saya tidak menyerah. Keyakinan dan ketekunanlah yang membuat saya tetap bertahan hingga sekarang,†pungkas Suwardi, senang.