Sejarah Desa

Tidak ada sumber primer, baik prasasti ataupun naskah tertulis yang menjelaskan sejarah awal keberadaan Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Sejarah Desa Dagan hanya dipahami dari cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sejarah Desa

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang berisi cerita tentang suatu kejadian yang sungguh pernah terjadi. Legenda terjadi pada masa yang belum terlalu lampau dan bertempatan di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda ditokohi manusia walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib.

Legenda sering kali dipandang sebagai “sejarah”kolektif (folk history), walaupun “sejarah” itu tidak tertulis dan telah mengalami distorsi ,sehingga seringkali dapat jauh berbeda dari cerita aslinya.

Legenda bisanya mengandung beberapa nilai seperti nilai moral, nilai adat atau tradisi, nilai Pendidikan agama dan nilai pendidikan sejarah. 

LEGENDA DESA DAGAN

Lahirnya desa Dagan juga berasal dari sebuah legenda tentang Puteri Ayu Limbasari. Legenda Puteri Ayu Limbasari yang merupakan cikal bakal munculnya desa Limbasari juga terkait dengan cerita tentang asal-usul desa Dagan.

Padepokan Nimbasari

Syahdan, berdirilah sebuah Padepokan bernama Nimbasari yang dipimpin oleh Syekh Gendhiwesi. Konon, Syekh Gendhiwesi adalah seorang penyebar Islam asal Turki, yang meminta ijin kepada Panembahan Senopati Mataram untuk dapat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Lalu, Panembahan Senopati memberikan ijin untuk menyebarkan agama Islam di wilayah barat Mataram.

Akan tetapi, konon sebelum sampai ke tempat tujuan, Syekh Gendhiwesi lebih dulu sampai di sebuah Kedung bernama Kedung Belis. Di tempat inilah Syekh Gendhiwesi mendapatkan banyak gangguan makhluk tak kasat mata. Lantas, Syekh Gendhiwesi bersemedi di sebuah tempat bernama Pamujan. Setelah bersemedi, Syekh Gendhiwesi dapat mengusir para mahluk kasat mata itu ke sebuah tempat bernama Penisihan. Dari sinilah, perjalanan dilanjutkan ke arah hutan yang kelak dibuka menjadi sebuah desa yang dikenal dengan nama Limbasari. Lalu Syekh Gendhiwesi mendirikan padepokan bernama Nimbasari.

Ketut Wlingi dan Patrawisa

Beberapa waktu kemudian datanglah dua orang dari Bali bernama Ketut Wlingi dan Patrawisa, berguru kepada Syekh Gendhiwesi. Ketut Wlingi kemudian dinikahkan dengan Siti Rumbiah, anak gadis Syekh Gendhiwesi. Sementara itu, Patrawisa kabarnya meninggal dunia saat sedang membangun saluran air.

Dari pernikahan itu, Ketut Wlingi dan Siti Rumbiah memiliki seorang anak laki-laki bernama Wlingi Kusuma, dan seorang anak gadis bernama Diyah Wasiyati, yang kemudian dikenal dengan julukan Putri Ayu Limbasari.

Kecantikan Diyah Wasiyati

Kecantikan Diyah Wasiati sudah terkenal mempesona dimata banyak orang. Tidak terkecuali para adipati yang berada di sekitar Padepokan Nimbasari. Mereka, para adipati itu pun berkeinginan meminangnya. Diantara mereka yang datang untuk melamar antara lain Adipati Wirayuda, Adipati Wiratenaya, Adipati Wirataruna dan Adipati Wirapraja.

Lamaran yang datang secara bersamaan itu membuat bingung hati Diyah Wasiati. Suatu waktu, melihat kegundahan hati sang adik, Wlingi Kusuma berupaya ikut membantu mencarikan Solusi agar adiknya tidak merasa bingung dan gundah. Wlingi Kusuma berkata kepada Diyah Wasiyati bahwa siapapun yang berhasil mengalahkan dirinya, dialah yang berhak menjadi pendamping Sri Wasiati.

Pertarungan Wlingi Kusuma dengan Eempat Adipati

Hari pertarungan pun tiba. Masing-masing adipati mengahadapi Wlingi Kusuma dalam duel satu lawan satu. Namun ternyata keempat-empatnya tidak dapat mengalahkan kesaktian Wlingi Kusuma dalam duel satu lawan satu.

Pertempuran berlangsung cukup sengit. Para Adipati belum bisa mengalahkan Wlingi Kusuma. Hal itu disebabkan oleh kesaktian Wlingi Kusuma yang memiliki ilmu Tunggul Naga. Konon, Ajian Tunggul Naga memiliki kedahsyatannya setingkat dengan Ajian Rawa Rontek, maupun Panca Sona.

Ketika seseorang mempunyai ajian Tunggul Naga, maka ia akan hidup lagi meski sudah terbunuh. Hal tersebut dibuktikan oleh Wlingi Kesuma. Meski berhasil dibunuh dan jasadnya menyentuh tanah, Wlingi Kesuma hidup lagi.

Setelah hidup lagi, maka terjadilah kejar-kejaran antara para Adipati dengan Wlingi Kesuma hingga ke sebuah Dukuh bernama Pamujan. Dari Dukuh Pamujan, pertempeuran bergeser naik ke sebelah barat sampai ke sebuah Dukuh bernama Dukuh Dagul.

Nah, di Dukuh Dagul itulah Wlingi Kesuma berhasil ditebas tangannya, dan dipotong-potong bagian tubuh lainnya. Pada saat Kejar-kejaran itulah, Wlingi Kesuma sempat berujar. “Kelak, apabila ada kemakmuran zaman, maka tempat ini aku beri nama Dagan”

Empat Adipati itu kemudian bersepakat untuk mengeroyok Wlingi Kusuma. Benar saja, aksi pengeroyokan yang dilanjutkan dengan memotong bagian tubuh menjadi beberapa bagian ini membuat Wlingi Kusuma tewas, dan dipotong-potong tubuhnya.

Bagian kepala Wlingi Kusuma dikuburkan di Siregol Tlahab, bagian badan atau gembungnya dikuburkan di Palumbungan Dagan, bagian kemaluannya dikuburkan di Sikonthol dusun Beji Karang Anyar sedangkan bagian kakinya dikuburkan di wialyah hutan perbatasan Banjarsari Karang Jambu dan dikenal dengan nama Lemah Jejekan.

Tapa Pendhem

Mendengar kematian Wlingi Kusuma, Diyah Wasiati semakin bingung. Sehingga ia memohon petunjuk dari Tuhan Semesta Alam untuk melakukan tapa pendem di dekat padepokan Nimbasari.

Dalam laku ini, dia mengikat bagian tubuhnya dengan seutas benang yang panjang. Kemudian Diyah Wasiyati menguburkan diri dengan membiarkan sebagain benang yang mengikat tubuhnya tidak ikut terkubur.  Sebelumnya ia memohon ijin kepada ayahnya, Ketut Wlingi, dan berkata jika benang itu masih bergerak, maka artinya Diyah Wasiyati masih hidup. Jika benang tidak bergerak maka Diyah Wasiyati sudah mati. Maka demikianlah, akhirnya Diyah Wasiyati pun akhirnya mati dalam laku tapa pendhem tersebut.                     

DAGAN

Secara etimologi kata “Dagan” berasal dari kata “Udag-udagan”. Dalam bahasa Jawa, kata “Udag-udagan” berarti “Kejar-kejaran”. Maka demikianlah legenda Desa Dagan. Pada tahun 1970 tokoh masyarakat desa Dagan memberi arti nama Dagan per suku kata yaitu :

D : Den Nyengkuyung

A : Ambangkit Kridaning Dusun

G : Gumolonging Tekad

A : Ambangun Lair Trus Bathin

N : Nulya Kongas Negari Kerta Raharja

Meski hanya cerita turun-temurun, namun beberapa tempat yang disebutkan dalam Legenda Desa Dagan, benar adanya. Misalnya tempat Bernama Nimbasari, sekarang bernama Limbasari. Kemudian Pamujan, yang merupakan wilayah dusun V desa Dagan. Lantas sungai Wlingi. Sungai ini terletak di desa Limbasari.

Meski demikian, cerita tentang asal-usul Desa Dagan hanyalah sebuah legenda. Benar atau tidaknya cerita tersebut, tentu perlu dibuktikan dengan penelitian ilmiah yang lebih dalam.

 

Silsilah Kepala Desa

WANGSAWIJAYA

Kepala Desa Periode
1870-1883

TIRTAJAYA

Kepala Desa Periode
1983 ( 3 Bulan)

KARTAWIJAYA

Kepala Desa Periode
1883-1821

DIPAWIREJA

Kepala Desa Periode
1921-1946

DARUS KADIWIRYA

Kepala Desa Periode
1946-1965

SOEPARDI HADIATMODJO

Kepala Desa Periode
1965-1989

Nama Kepala Desa

Kepala Desa Periode  
xxxx – xxxx