Jarum jam bertumpukan di angka dua. Meski Dzuhur sudah lewat, teriknya masih terasa menyengat di ubun-ubun kepala.
Namun, sinar matahari yang masih menyengat tersebut sepertinya tidak dirasakan oleh Ahmad Tajudin (45). Dengan tekun dan penuh semangat, ia memberikan pakan bagi 120 ribu benih ikan lele peliharaannya.
“Sekarang memang waktunya memberi makan lele,†kata Ahmad Tajudin, ketika saya mendatanginya pada Kamis (13/5) siang kemarin, di areal kolam lele miliknya.
Warga RT 03 RW 05 Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga tersebut sudah tiga tahun berternak ikan lele. Dengan ramah, Kang Udin, demikian ia akrab disapa, meladeni beberapa pertanyaan dari saya.
Menjualkan Benih Lele Milik Orang
Pada awalnya, kata Kang Udin, ia hanya menjualkan benih lele milik orang. Ia akan mendapatkan komisi jika mampu menjualkan lele milik orang tersebut. Saking semangatnya, Kang Udin mampu menjualkan ribuan benih ikan lele dalam beberapa bulan saja. Setelahnya, para pembeli itu yang memesan langsung kepadanya.
“Waktu itu saya tidak berfikir akan membuat peternakan ikan lele sendiri. Sebab hasil dari menjualkan benih lele milik orang cukup lumayan,†ceritanya.
Butuh waktu yang lumayan lama bagi Kang Udin untuk memutuskan membuat peternakan ikan lele sendiri.
Ceritanya, kisaran akhir tahun 2012, Kang Udin mendapat pesanan benih lele sekitar seribu ekor. Namun, oleh pemilik benih, pesanan tersebut tidak dilayani. Pasalnya, jika hanya pesanan benih ikan lele hanya seribu ekor, dapat mengganggu benih-benih lain di dalam kolam yang sama ketika diambil.
“Saya sangat kecewa. Sejak saat itulah saya memutuskan untuk membuat peternakan ikan lele sendiri,†kisah bapak tiga anak tersebut. Dan, dengan modal pas-pasan, medio tahun 2013, ia memulai usaha pembenihan ikan lele sendiri.
Jatuh-Bangun
Galibnya sebuah permulaan usaha, Kang Udin pun sempat jatuh-bangun. Ia sadar betul bahwa proses memulai sebuah usaha tidaklah mudah. Karena itu, ketika jatuh, Kang Udin sempat merugi hingga jutaan rupiah.
Kerugian tersebut disebabkan oleh beberapa persoalan seperti penyakit yang menjangkit pada benih ikan lele, dan persoalan ongkos pemsaran.
Namun, berbekal pengalaman dan kemauan yang kuat, ia tidak putus asa. Kegagalan yang sempat ia alami dipelajari secara jeli. Dan kemauan yang kuat tersebut menjelama menjadi sebauh kenyataan seperti apa yang Kang Udin inginkan, beberapa waktu kemudian.
Perlahan, usaha pembenihan ikan lele miliknya mulai menanjak. “Dulu saya hanya membeli sepasang indukan lele. Sekarang hampir dua puluh pasang. Dulu kolamnyapun hanya dua terpal. Namun sekarang, alkhamdulilah sudah punya 15 kolam,†lanjut Kang Udin, sumringah.
Penambahan pasangan induk lele, dan penambahan jumlah kolam, diaukui Kang Udin menggunakan modal dari keuntungan penjualan benih lele.
Pembeli Datang Sendiri
Kepada saya, Kang Udin mengisahkan kemudahan memasarkan produk benih ikan lele miliknya. Jika dulu ia menawarkan benih lele miliknya secara door to door, kini ia tinggal duduk manis di rumah. Sebab, kebanyakan, sekarang pembeli datang sendiri ke rumahnya.
“Para pembeli itu berfikir bahwa karena indukan lele milik saya banyak, maka sudah pasti saya punya benih lele yang banyak pula. Hal inilah yang membuat para pembeli datang sendiri ke rumah saya. Karena itu saya bisa lebih santai,†terangya.
Ketika saya bertanya jumlah keuntungan yang ia dapat dari penjualan pembenihan lele miliknya, Kang Udin menegaskan bahwa, dalam sebulan, ia mampu mendapatkan keuntungan bersih hingg Rp. 1,5 juta per bulan.
Sebuah keuntungan yang cukup pantas untuk sebuah kemauan yang kuat, dan pantang putus asa.
Menjadi Contoh Bagi Masyarakat Setempat
Ahmad Tajudin merupakan satau-satunya warga RT 03 RW 05 Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari yang menjalankan usaha pembenihan ikan lele.
Karena kegigihan dan keuletan dalam usahanya, ia menjadi contoh bagi para tetangga yang ingin menjalankan usaha yang sama.
Aminudin (46) misalnya. Salah satu tetangga Kang Udin ini mengaku sering belajar mengenai pembenihan lele kepadanya. Namun karena pembenihan lele perlu keuletan yang ekstra tinggi, maka ia memilih melakukan usaha pembesaran ikan Mujair.
Tidak berhenti sampai di situ, kini Kang Udin tengah menggandeng Kepala Dusun setempat untuk memfasilitasi pembentukan Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN). Menurut Kang Udin, jika sudah punya POKDAKAN, maka usaha pembenihan ikan apapun akan menjadi relatif lebih mudah.
“Kelompok akan lebih diperhatikan oleh Dinas Perikanan, dari pada usaha pembenihan ikan secara individu,†katanya.
Jika kelompok telah terbentuk, saya selalu siap diajak bekerjasama dengan setiap anggota yang mengalami hambatan dalam usaha pembenihan ikan.
“Sejujurnya saya juga menginginkan ada warga lain di sini yang konsisten menjalankan usaha pembudidayaan ikan. Sebab, jika serius dan ulet, usaha pembudidayaan ikan dapat menjadi mata pencaharian utama, serta mampu meningkatkan taraf ekonomi,†pungkas Kang Udin seraya menawarkan saya untuk menyeruput teh tubruk racikan istrinya.