Pagi itu, Minggu (29/5) begitu cerah. Matahari terlihat bulat telanjang. Langit-langit Nampak kokoh menyangga warna biru.
Aku, istriku, dan dua anakku berencana akan berwisata ke bendungan Tanjlig. Sebuah bendungan, yang konon merupakan hulu sungai Klawing Purbalingga.
Saya hanya butuh waktu 10 menit untuk menuju lokasi. Begitu sampai, gemericik suara air dan sejuknya angin spoy langsung menyapa wajah kami.
Lantas kami duduk-duduk di pinggir bendungan, sambil menikmati makanan kecil yang kami bawa.
Di sebelah utara bendungan, tampak tinggi menjulang sebuah bukit. Dari bawah bukit, Nampak sebuah jalan menanjak yang berkelok-kelok.
Untuk dapat menyusuri jalan berkelok di utara bendungan, maka harus menyeberangi sungai. Atau berjalan tepat di atas bendungan sepanjang 20 meter tersebut.
Itu dapat dilakukan jika musim terang seperti sekarang ini. Sebab, jika sedang musim terang, debit air tidak terlalu tinggi, dan aliran sungai tidak terlalu deras.
Sedang jika musim hujan datang, maka untuk dapat menyeberang kearah bukit, harus menunggu air agak surut.
Bebatuan Besar
Selain air sungai yang bening, sepanjang areal bendungan Tanjlig terdapat bebatuan yang besar. Batu-batu tersebut mempercantik wajah sungai, dan membuat kesan bahwa sungai tersebut adalah sungai yang usianya sudah cukup tua.
Pada saat ramai batu akik, para pengrajin batu akik setempat pun sering mendapatkan batu mulia di sepanjang aliran sungai Klawing tersebut.
Dan para pengrajin batu akik pun sempat merasakan manisnya berbisnis batu akik.
Jenis batu akik Pancawarna dan Nagasui merupakan dua jenis batu asli Purbalingga yang paling banyak dicari oleh para kolektor batu akik.
Sebenarnya saya ingin mandi di bendungan tersebut. Namun karena tidak membawa pakaian ganti, akhirnya saya hanya berfoto ria bersama istri dan anak-anak.
Tentang Bendungan Tlanjik Desa Dagan
Bendungan Tanjlik terletak di wilayah Dusun 4 Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga.
Menurut catatan prasasti yang terdapat disisi kanan sungai, bendungan Tlanjik dibangun pada tahun 1883. Itu artinya, bendungan Tanjlik sudah berusia 133 tahun.
Pembangunan bendungan dilakukan oleh Belanda.
Menurut Sekretaris Desa Dagan, Sutaryo, S.Sos, bendungan tersebut dibangun untuk mengairi sumber-sumber persediaan bahan pangan pemerintah Belanda.
“Pembangunan bendungan tersebut mengambil lokasi di Tanjlig karena Tlanjik merupakan hulu sungai Klawing,†kata Sutaryo.
Sebab, lanjutnya, di atas bendungan Tanjlig ada sebuah mata air yang dikenal dengan sebutan Banyu Mudal. Dan memang benar, kata Sutaryo, Banyu Mudal merupakan mata air sungai Klawing, sungai terbesar di Purbalingga.
“Bendungan tersebut mampu mengairi areal persawahan 9 desa di wilayah kecamatan Bobotsari,†papar pria berkacamata tersebut.
Diproyeksikan Sebagai Obyek Wisata Utama
Sementara itu, Kepala Desa Dagan, Hj. Sukarni, S.Sos mengatakan, Bendungan Tanjlig akan diproyeksikan sebagai obyek wisata utama di desa Dagan.
Tahun 2015 silam, sebenarnya tim dari Provinsi sudah survei lokasi. Dari survei tersebut, desa Dagan juga akan diproyeksikan sebagai salah satu desa wisata yang ada di kabupaten Purbalingga.
“Untuk merealisasikan rencana tersebut, kami sudah melakukan beberapa perisapan. Di antaranya adalah membentuk Kelompok Sadar Wisata, atau Pokdarwis,†kata Hj. Sukarni.
Selain itu, pihaknya juga tengah melakukan identifikasi beberapa tempat lain yang akan diproyeksikan sebagai obyek wisata.
Mengabadikan Dalam Bentuk Video
Dengan kamera jadul, saya mengabadikan Bendungan Tanjlig Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga.
Inilah videonya.
bisa nggo mancing ya, aku sdh kesitu. potensial banget buat wisata alam